A review by blackferrum
90 Hari Mencari Suami by Ken Terate

funny lighthearted reflective fast-paced
  • Plot- or character-driven? A mix
  • Strong character development? N/A
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? Yes

3.75

Actual rating: 3,8

30 tahun, karier stagnan, nggak punya tabungan, dan JOMLO. Hidup Eli nggak bisa lebih mengenaskan lagi dengan kondisi itu, ditambah kenyataan adik bungsunya bakal menikah. Mitos mengatakan jika adik menikah duluan artinya kamu nggak laku. Aduh, padahal Eli juga kepengin menikmati indahnya rumah tangga dengan suami tampan (kalau bisa banyak duit juga biar dia nggak perlu kerja). Di bibir selalu menyangkal soal mitos itu, tapi di hati ketar-ketir juga. Apalagi Tristan, adiknya yang lain, juga ikutan nyusul si bungsu. Dilangkahi adik cewek itu satu hal, tapi dilangkahi adik cowok? Fix, Eli nggak akan laku sampai tua. Ih, amit-amit. Jadi, di sisa 90 hari sebelum pernikahan si bungsu, Eli mencoba mencari calon-calon potensial yang bakal diseretnya ke pelaminan. Sebelum menyadari, mencari jodoh itu nggak segampang cari instan di rak dapur indekos.

Setelah re-read, rasanya ada yang beda. Agak fresh, tapi sebenernya nggak juga. Karakter Eli nggak bisa dibilang loveable atau nyebelin. Emang standarnya tinggi sih, terus karena sudut pandangnya fokus ke dia, jadi rasanya berisik banget. Well, karakterisasi dia berhasil merasuk ke bumbu, eh.

Di sini ada isu soal "melangkahi" saudara yang lebih tua buat nikah duluan dan itu bukan hal baru atau basi. Sampai sekarang masih ada yang percaya, ada juga yang bodo amat. Asal nggak bikin rugi orang lain, rasanya sah-sah aja sih soal langkah-melangkahi ini karena ya jodoh nggak bisa dipaksa datang detik itu juga apalagi hanya karena matahin mitos dirinya bakal nggak laku. Ketakutan yang nggak perlu, tapi bukan berarti juga bisa dientahkan seenaknya gitu aja. Semua ada unggah-ungguhnya.

Aku setuju sih, Bude Nunuk nggak hanya karakter fiksi belaka. Yakin banget di setiap keluarga pasti ada entah bude atau bulik yang jobdesc-nya sejak lahir selain jadi anak yang berbakti pada orang tua, menjadi istri yang baik, dan ibu yang menjadi teladan bagi anak-anaknya, juga perecok hubungan para keponakan alias seksi penanya, "Kapan nikah?". Eli nanggepin Bude Nunuk nggak bisa dibilang slay, tapi yah cukup memuaskanlah. Nyambit tanpa dibilang nggak punya sopan santun hehe.

Baca ini jadi seger, ditambah tulisan Kak Ken, bikin tambah mood <3

***
(11/04/21)
Enggak ada yang lebih buruk ketimbang jomlo dan jobless di usia 30 tahun. Setidaknya begitulah tiga puluh tahun Eli. Selain kerja, kerja, kerja, dia bakal "dilangkahi" adiknya! Menurut mitos, kalau dilangkahi adik menikah, nanti bakal jadi perawan tua!

Perjalanan 90 hari mencari suami ini bikin gregetan, bukan cuma kisah Eli, tapi dua orang teman lain. Yah, hampir setengah buku isinya fokus mencari calon suami sebelum hari h pernikahan adik Eli.

Ha, metropop rasa teenlit. Mungkin karena Mbak Ken banyak menulis teenlit dan baru ini aku baca karyanya dalam metropop. Enggak buruk dan masih terasa ciri khasnya!

Porsi romansanya sudah pas untuk karakter berusia tiga puluh tahun. Tapi sayang banget, pelabuhan akhir Eli ternyata orang tak terduga, malah aku bertanya-tanya, "Loh, kok bisa?" Karena dari awal banget tokoh ini enggak muncul sama sekali.

Overall oke banget!