A review by celinafaramitha
The Seven Good Years by Etgar Keret

4.0

.. aku menyadari bahwa bahkan pengetahuan yang paling tajam yang kita semua punya akan menjadi tumpul.

Seseorang yang mencipta tanpa dukungan atau penguatan, yang hanya bisa menulis setelah jam kerja, dikelilingi oleh orang-orang yang bahkan tidak yakin bahwa dia mempunyai bakat, akan selalu teringat akan kebenaran itu. Dunia di sekelilingnya tidak akan membuatnya melupakan hal itu.

Satu-satunya penulis baik yang bisa melupakan adalah penulis yang sukses, jenis yang tidak menulis melawan aliran dari hidupnya, tetapi bersama aliran tersebut, dan setiap wawasan yang mengalir dari penanya tidak hanya menambah nilai teks dan membuatnya senang, tetapi juga menyenangkan agennya dan penerbitnya.

Sialan, aku melupakannya.

Itulah, aku ingat bahwa ada garis antara satu hal dan yang lain;
hanya saja bahwa akhir-akhir ini entah bagaimana berubah menjadi garis antara kesuksesan dan kegagalan, penerimaan dan penolakan, apresiasi dan cemooh.

-Hlm. 120-121-


Itu adalah kutipan terpanjang dan terdalam yang pernah saya tulis :D Dari keseluruhan buku saya paling suka kutipan itu. Ini adalah memoar kedua yang saya baca di tahun 2017. Sediki kemajuan untuk orang yang notabene anti bacaan non fiksi.

Bagaimana ya? Sebenarnya saya agak kecewa dengan subjudulnya, saya mengharapkan isi yang lebih bombastis ketimbang ini. Saya mau sudut pandang dia tentang perang, hanya bisa ditemukan segelintir cerita saja dan makna yang bisa saya comot juga implisit. Yang lainnya kisah sehari-hari, sangat menghibur dan lucu. Tapi bukan itu yang saya mau ketahui ketika beli buku ini.

Saya penasaran kenapa judulnya "seven" ternyata 7 tahun adalah selang waktu kelahiran anak pertama Keret, yakni Lev (saya sudah cari di Google, anaknya ganteeeeeng) dengan kematian ayahnya. Keret membuat kumpulan cerita dari tahun pertama hingga tahun ketujuh. Kisahnya macam-macam dari berbagai aspek kehidupan. Mulai dari yang membuat saya ngakak tak tertahankan, emosi, sampai sedih banget. Bagus sih, tapi saya mau baca tulisan Keret menceritakan juga mengkritisi sesuatu (seperti Parasit Lajangnya Ayu Utami misalnya), tapi yang dia tulis benar-benar cuma hal yang terjadi saja. Saya berasa baca tugas mengarang waktu liburan anak SD.

Sejujurnya saya cuma mau kasih bintang 3 untuk hiburannya, tapi mengingat-ngingat orang sekaliber saya yang dulunya mengira Bar Mitzvah adalah sebuah bar dan sekarang menjadi tahu banyak tradisi dan upacara Yahudi, seperti Yom Kippur, gaya hidup Yahudi ekstrim, pantangan makan dan sebagainyaaaaa.

Saya tambahkan satu bintang buat Keret. :3 Yay!