Take a photo of a barcode or cover
A review by astalaa
Pasung Jiwa by Okky Madasari
5.0
Pasung Jiwa
⭐⭐⭐⭐⭐
Tw // suicide, adult scenes, rape, murder,
Age range 18/19+
Pasung jiwa sangat diluar ekspektasiku. Cerita yang sangat memainkan perasaanku. Dan aku tidak berpikir akan sedark itu.
Penokohan sasana dan sasa mampu membelah perasaanku. Di satu bagian, aku sangat iri dengan melati yang mempunyai sosok kakak seperti sasana. Disatu sisi, aku sangat merasa sedih, kosong, bingung, takut, senang, marah akan sosok sasa.
Kehampaan, keterikatan, kepasungan, keterkuncinya jiwa sasana hingga membuatnya kehilangan eksistensi dirinya sendiri, dan begitu pula dengan banua, dan mungkin orang² dengan anggapan kesakit jiwaannya oleh masyarakat mampu menghadirkan emosi tersendiri bagiku.
Untuk sosok Jaka Wani sendiri, aku sedikit tidak menyukai sikapnya. Banyak tindakan yang didorongnya namun sejalan dengan itu ia melepaskannya, tanpa pertanggung jawaban (bagiku). Perempuan² yang bersinggungan dengannya, aku mempertanyakan nasibnya akibat perbuatan yang ia tinggalkan begitu saja?!.
Sifatnya saat menjadi pemimpin laskar pun semakin meradangkan amarahku. Kalimatnya yang "MELAKUKAN DENGAN BENCONG BUKAN ZINA, TO?" Sangat² menyakitiku, dan membuatku miris serta tersedu. Bagaimana bisa mereka sedemikian bejatnya?, Apa itu polisi, tentara dan laskar yang dalam teriaknya menyerukan keadilan dan kesucian keagamaan namun dibaliknya sebegitu menjijikannya layaknya binatang?!.
Selain itu, tokoh yang cukup ku sorot yaitu sosok Ibu dari Sasana. Kelapangan hatinya, sangat² membuatku terenyuh dan meneteskan air mata. Dan mampu menyadarkanku bahwa sosok terbaik untuk pulang adalah Ibu (meski ini tidak dialami semua orang).
Pengangkatan isu pemerkosaan dan kejahatan² yang dilakukan "pihak² berseragam" menurutku mampu memantik rasa pembaca. Unsur eksistensialis juga sangat² menarik, dan membuatku kembali menimang eksistensi diriku sendiri.
Dalam buku Pasung Jiwa ini, kak okky madasari banyak sekali memberiku pelajaran mengenai banyak hal. Dan mungkin tentang beberapa hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Buku yang sangat bagus dan cantik dengan plottwist yang tidak bisa aku tebak.
Salah satu kutipan yang aku ingat dan amaze itu bagian:
"Lebih bejatma mana? Kami yang jual badan atau kalian yang jual Tuhan untuk cari uang?"
Love this book!!
⭐⭐⭐⭐⭐
Tw // suicide, adult scenes, rape, murder,
Age range 18/19+
Pasung jiwa sangat diluar ekspektasiku. Cerita yang sangat memainkan perasaanku. Dan aku tidak berpikir akan sedark itu.
Penokohan sasana dan sasa mampu membelah perasaanku. Di satu bagian, aku sangat iri dengan melati yang mempunyai sosok kakak seperti sasana. Disatu sisi, aku sangat merasa sedih, kosong, bingung, takut, senang, marah akan sosok sasa.
Kehampaan, keterikatan, kepasungan, keterkuncinya jiwa sasana hingga membuatnya kehilangan eksistensi dirinya sendiri, dan begitu pula dengan banua, dan mungkin orang² dengan anggapan kesakit jiwaannya oleh masyarakat mampu menghadirkan emosi tersendiri bagiku.
Untuk sosok Jaka Wani sendiri, aku sedikit tidak menyukai sikapnya. Banyak tindakan yang didorongnya namun sejalan dengan itu ia melepaskannya, tanpa pertanggung jawaban (bagiku). Perempuan² yang bersinggungan dengannya, aku mempertanyakan nasibnya akibat perbuatan yang ia tinggalkan begitu saja?!.
Sifatnya saat menjadi pemimpin laskar pun semakin meradangkan amarahku. Kalimatnya yang "MELAKUKAN DENGAN BENCONG BUKAN ZINA, TO?" Sangat² menyakitiku, dan membuatku miris serta tersedu. Bagaimana bisa mereka sedemikian bejatnya?, Apa itu polisi, tentara dan laskar yang dalam teriaknya menyerukan keadilan dan kesucian keagamaan namun dibaliknya sebegitu menjijikannya layaknya binatang?!.
Selain itu, tokoh yang cukup ku sorot yaitu sosok Ibu dari Sasana. Kelapangan hatinya, sangat² membuatku terenyuh dan meneteskan air mata. Dan mampu menyadarkanku bahwa sosok terbaik untuk pulang adalah Ibu (meski ini tidak dialami semua orang).
Pengangkatan isu pemerkosaan dan kejahatan² yang dilakukan "pihak² berseragam" menurutku mampu memantik rasa pembaca. Unsur eksistensialis juga sangat² menarik, dan membuatku kembali menimang eksistensi diriku sendiri.
Dalam buku Pasung Jiwa ini, kak okky madasari banyak sekali memberiku pelajaran mengenai banyak hal. Dan mungkin tentang beberapa hal yang sebelumnya tak pernah terpikirkan olehku. Buku yang sangat bagus dan cantik dengan plottwist yang tidak bisa aku tebak.
Salah satu kutipan yang aku ingat dan amaze itu bagian:
"Lebih bejatma mana? Kami yang jual badan atau kalian yang jual Tuhan untuk cari uang?"
Love this book!!