Scan barcode
A review by blackferrum
Tujuh Kelana by Nellaneva
5.0
Keputusan spontan co buku ini kayaknya nggak akan bikin nyesel karena BAGUS BANGET!
Oke, kukira awalnya bakal mengusung fantasi lokal yang berhubungan sama hisfic juga (karena aku nggak ngikutin pas di wp), tapi ternyata enggak. Pembaca diajak jalan-jalan ke Eropa dan yah walaupun nggak banyak banget deskripsi tempat (macam travelling blog), tapi cukup puas bayangin tempat Zarra tinggal setelah ada seseorang bermasker hitam masuk ke ruang baca di rumahnya.
Karakter Zarra ini relatable, sih. Waktu dia ditanya kenapa mau susah-susah terlibat sama kaumnya Alto, dia jawab karena hidupnya nggak ada seru-serunya alias datar aja. Ya siapa juga yang nolak terlibat petualangab seru? Memang awalnya Zarra mikir begitu, tapi akhirnya dia kewalahan juga ohohoho, apalagi dia bukan manusia biasa sejak itu. But, salute buat perjuangannya dan nggak menyerah gitu aja. Bisa aja, kan, dia nyerah terus langsung minta balik ke rumah? Karakter Zarra tuh di narasi bagian awal-awal kelihatan rada lemah, tapi pas dialog, kelihatan brave-nya dia.
Sihir-sihir sampai bisa hancurin bangunan-bangunan di tempat umumnya unbelieveable. Ya namanya fantasi, tapi sempat mikir kalau beneran ada di depanku pun nggak akan bisa ingat semua kekacauan yang musuh-musuh Zarra buat karena sekali lagi ada sihir yang bisa menghilangkan semua ingatan itu.
Waktu itu sempat nyari review orang-orang dan ada yang bilang buku ini bagus, tapi nggak perlu sampai dibikin buku keduanya. Kayaknya aku paham kenapa begitu setelah sampai ending. Realistis karena si musuh masih bisa alive (dalam tanda kutip), tapi mikir juga, kalau diterusin ke buku kedua ceritanya bakal gimana? Kayaknya satu ini pun udah cukup baik dan terkover sampai selesai. Mengikuti petualangan Zarra and the gang aja udah capek--secara harfiah. Seolah-olah pembacanya diajak gabung sama mereka. Terus open ending emang pas sih, ketimbang mendadak happy/sad ending, buat buku ini.
Udah, nggak bisa komen banyak, selain gregetan sama typo beberapa tulisan nggak ke-enter. Buku ini masuk my best book 2022 sejauh ini. World building, karakterisasi, alur, riset, semuanya sempurna di mataku. Tulisan Nellaneva ini walaupun punya rima, tapi tetap enak dibaca, nggak bikin bingung sama sekali. Pokoknya cakep, deh, sabi juga dijadiin referensi bagi penulis yang demen bikin diksi cantik-cantik dan nggak bikin saraf pembaca melungker duluan karena memahami artinya. Auto masuk penulis favorit lokalku <3 (oiya, kovernya juga cakep!)
Semoga makin banyak buku-buku fantasi dari penulis lokal macam ini.
Oke, kukira awalnya bakal mengusung fantasi lokal yang berhubungan sama hisfic juga (karena aku nggak ngikutin pas di wp), tapi ternyata enggak. Pembaca diajak jalan-jalan ke Eropa dan yah walaupun nggak banyak banget deskripsi tempat (macam travelling blog), tapi cukup puas bayangin tempat Zarra tinggal setelah ada seseorang bermasker hitam masuk ke ruang baca di rumahnya.
Karakter Zarra ini relatable, sih. Waktu dia ditanya kenapa mau susah-susah terlibat sama kaumnya Alto, dia jawab karena hidupnya nggak ada seru-serunya alias datar aja. Ya siapa juga yang nolak terlibat petualangab seru? Memang awalnya Zarra mikir begitu, tapi akhirnya dia kewalahan juga ohohoho, apalagi dia bukan manusia biasa sejak itu. But, salute buat perjuangannya dan nggak menyerah gitu aja. Bisa aja, kan, dia nyerah terus langsung minta balik ke rumah? Karakter Zarra tuh di narasi bagian awal-awal kelihatan rada lemah, tapi pas dialog, kelihatan brave-nya dia.
Sihir-sihir sampai bisa hancurin bangunan-bangunan di tempat umumnya unbelieveable. Ya namanya fantasi, tapi sempat mikir kalau beneran ada di depanku pun nggak akan bisa ingat semua kekacauan yang musuh-musuh Zarra buat karena sekali lagi ada sihir yang bisa menghilangkan semua ingatan itu.
Waktu itu sempat nyari review orang-orang dan ada yang bilang buku ini bagus, tapi nggak perlu sampai dibikin buku keduanya. Kayaknya aku paham kenapa begitu setelah sampai ending. Realistis karena si musuh masih bisa alive (dalam tanda kutip), tapi mikir juga, kalau diterusin ke buku kedua ceritanya bakal gimana? Kayaknya satu ini pun udah cukup baik dan terkover sampai selesai. Mengikuti petualangan Zarra and the gang aja udah capek--secara harfiah. Seolah-olah pembacanya diajak gabung sama mereka. Terus open ending emang pas sih, ketimbang mendadak happy/sad ending, buat buku ini.
Udah, nggak bisa komen banyak, selain gregetan sama typo beberapa tulisan nggak ke-enter. Buku ini masuk my best book 2022 sejauh ini. World building, karakterisasi, alur, riset, semuanya sempurna di mataku. Tulisan Nellaneva ini walaupun punya rima, tapi tetap enak dibaca, nggak bikin bingung sama sekali. Pokoknya cakep, deh, sabi juga dijadiin referensi bagi penulis yang demen bikin diksi cantik-cantik dan nggak bikin saraf pembaca melungker duluan karena memahami artinya. Auto masuk penulis favorit lokalku <3 (oiya, kovernya juga cakep!)
Semoga makin banyak buku-buku fantasi dari penulis lokal macam ini.