A review by blackferrum
Misteri Patung Garam by Ruwi Meita

dark emotional informative lighthearted mysterious reflective tense fast-paced
  • Plot- or character-driven? Plot
  • Strong character development? Yes
  • Loveable characters? Yes
  • Diverse cast of characters? Yes
  • Flaws of characters a main focus? N/A

4.0

Baru sadar masukin buku ini ke list "want-to-read" tahun 2020 dan baru kesampaian baca sekarang. Alhamdulillah aja deh, bersyukur hoki juga tiba-tiba dapet copy-nya di ipusnas >.<

Sama seperti di blurb, ada kasus pembunuhan yang unik. Korban dilumuri adonan garam (campuran garam dan tepung) lalu dioven. Kejam banget kedengarannya, ya. Memang. Tapi, kejamnya lagi, pelaku selalu menculik korban sebelum kemudian dibunuh. Jarak antara pembunuhan dan penggaramannya beberapa hari sebelum korban ditempatkan di TKP. Herannya, semua korban nggak punya keluarga yang tinggal serumah. Mereka ditemukan oleh teman dan/atau tukang kebun.

Fakta soal pembunuhannya atau gimana cara pelaku membunuh korbannya bikin merinding. Tega plus kejam. Biasanya psikopat macam gini emang nggak mengenal rasa rakut, kan, atau malah udah mati rasa. Alasan pelaku menculik korbannya juga apa ya, bagiku emang jadi pemicu kuat dia jadi pembunuh. Tapi, apa pun itu, membunuh orang tetap perbuatan kriminal dan nggak dibenarkan sama sekali. Entah karena si pelaku punya semacam trauma yang nggak sembuh dari masa lalu atau makin hari makin membengkak lalu jadi infeksi.

Kesanku waktu baca ini; senang. Tentu, gimana enggak, harus nunggu bertahun-tahun, masuk fase lupa-ingat punya wishlist ini sampai akhirnya bisa baca buku yang katanya salah satu karya terbaik penulis. Bagiku, bukunya worth dan cocok dengan kesan-kesan yang sering kubaca. Memang nggak wow dan twist-nya berhasil kutebak, tapi tetap mindblowing. Paling suka sama tulisannya yang ngalir abis. Biasanya ada kesan "berat" kalau baca thriller atau misteri, di sini enggak sama sekali.

Kedalaman emosi Detektif Kiri soal masa lalunya nggak bisa dibilang dalam, sih. Mengharukan iya, tapi nggak sampai bikin nangis histeris. Justru masa lalu pelaku yang emosinya tumpah ruah. Yah, geram sih sama alasannya bunuhin korban, tapi ada sedikit rasa kasihan karena sejak awal nggak bisa tertangani ahli dengan baik.

Penyebaran telurnya rapi, jadi di akhir nggak ada sesuatu yang mendadak muncul terus menimbulkan pertanyaan. Oh, aku suka Ireng, haha. Dia emang berandal dan ngomongnya nggak sopan (tapi ini malah nunjukin dia ini khas banget arek Suroboyoan), tapi pinter dan sat set. Kemistrinya dengan Kenes juga oke, macam kakak-adik.

Karakterisasi semua karakternya konsisten dan suara mereka punya ciri khas. Walaupun banyak nggak bikin bingung gitu, lho. Sayang ada typo dan beberapa kesalahan teknis yang emang nggak mengganggu sih, tapi tetap menarik perhatian karena pas dibaca pemenggalannya jadi aneh.

Overall, puas banget nunggu 4 tahun, walaupun dibaca dalam waktu kurang dari 48 jam. Worth banget <3

Expand filter menu Content Warnings