Scan barcode
A review by blackferrum
Pangeran Bumi Kesatria Bulan by Ary Nilandari
5.0
Actual rate: 4.5
"Bagaimanapun, manusia dinilai dari kepribadiannya dan ketakwaannya pada Allah, bukan dari statusnya di dunia dan siapa orang tua kandungnya."
Novel ini hearthwarming sekali. Kisah romansanya kompleks dan nggak hanya fokus pada kegalauan Maya memilih antara Geo atau Juno. Ada kisah Augy, Septi, dan Okta (oh, Desti juga, walaupun nggak terlalu banyak) yang kehilangan orang tua mereka. Atau orang-orang memandang mereka adalah anak yang dibuang.
Siapa yang nggak menangis dengan kisah si kembar, Okta dan Septi. Okta tidak senormal anak-anak lain, sedangkan Septi anak yang sehat. Calon orang tua asuh hanya menginginkan Septi, tanpa Okta, tapi Septi menolak diadopsi jika tanpa Okta. Sepanjang membaca cerita ini antara fokus ke alur dan emosiku nggak bisa diajak tenang-tenang saja. Kisah Anak-Anak Bulan terlalu sederhana untuk dianggap sebagai kisah mereka yang sengaja ditinggalkan orang tua atau tidak sengaja terpisah dari orang tua kandungnya. Mereka punya harapan dan kebahagiaan yang valid. Mungkin ada kalanya berpikir, suatu saat ada yang datang menjemput atau mengadopsi mereka, tapi selama tinggal bersama Bunda Wulan, mereka baik-baik saja.
Juno, Maya, dan Geo punya cerita sendiri yang sekali lagi membuatku terkagum. Ini buku pertama dari penulis yang aku baca dan, yah, jatuh hati dengan penggabungan harapan manusia dengan dunia fantasi. Eits, genrenya bukan fantasi, hanya pengandaiannya seperti itu, macam dongeng. And i love it. Romansa segitiganya nggak banyak drama pun pas. Struggle mereka sama dan harus ada yang mengalah. Aneh sebenarnya karena aku bukan penyuka trope triangle love begini haha, tapi khusus satu ini aku suka banget!
Ps: Bintangnya nggak bisa full karena banyak typo astaga, mengganggu
"Bagaimanapun, manusia dinilai dari kepribadiannya dan ketakwaannya pada Allah, bukan dari statusnya di dunia dan siapa orang tua kandungnya."
Novel ini hearthwarming sekali. Kisah romansanya kompleks dan nggak hanya fokus pada kegalauan Maya memilih antara Geo atau Juno. Ada kisah Augy, Septi, dan Okta (oh, Desti juga, walaupun nggak terlalu banyak) yang kehilangan orang tua mereka. Atau orang-orang memandang mereka adalah anak yang dibuang.
Siapa yang nggak menangis dengan kisah si kembar, Okta dan Septi. Okta tidak senormal anak-anak lain, sedangkan Septi anak yang sehat. Calon orang tua asuh hanya menginginkan Septi, tanpa Okta, tapi Septi menolak diadopsi jika tanpa Okta. Sepanjang membaca cerita ini antara fokus ke alur dan emosiku nggak bisa diajak tenang-tenang saja. Kisah Anak-Anak Bulan terlalu sederhana untuk dianggap sebagai kisah mereka yang sengaja ditinggalkan orang tua atau tidak sengaja terpisah dari orang tua kandungnya. Mereka punya harapan dan kebahagiaan yang valid. Mungkin ada kalanya berpikir, suatu saat ada yang datang menjemput atau mengadopsi mereka, tapi selama tinggal bersama Bunda Wulan, mereka baik-baik saja.
Juno, Maya, dan Geo punya cerita sendiri yang sekali lagi membuatku terkagum. Ini buku pertama dari penulis yang aku baca dan, yah, jatuh hati dengan penggabungan harapan manusia dengan dunia fantasi. Eits, genrenya bukan fantasi, hanya pengandaiannya seperti itu, macam dongeng. And i love it. Romansa segitiganya nggak banyak drama pun pas. Struggle mereka sama dan harus ada yang mengalah. Aneh sebenarnya karena aku bukan penyuka trope triangle love begini haha, tapi khusus satu ini aku suka banget!
Ps: Bintangnya nggak bisa full karena banyak typo astaga, mengganggu