Scan barcode
A review by blackferrum
MISTERI TANGISAN DI KELAS ENAM by DENKUS
mysterious
sad
tense
fast-paced
- Plot- or character-driven? Character
- Flaws of characters a main focus? Yes
2.75
Actual rating: 2,8
Pindah sekolah tidak membuat Afgan lantas bahagia. Pilihannya duduk di kursi yang sudah lama kosong membuat seisi kelas 6A gempar karena mereka sering mendengar suara tangisan dari sana. Afgan yang awalnya tidak percaya dengan ketakutan teman-temannya lantas melihat sendiri sosok yang selama ini selalu menangis di jam 10 pagi dan membuat pembelajaran 6A terpaksa ditunda selama beberapa menit. Sosok yang awalnya menyeramkan, tetapi punya cerita masa lalu kelam yang belum tuntas.
Baca ini nggak boleh punya ekspektasi lebih. Aku saranin bacanya dengan niat kepengin cari bacaan misteri-horor yang nggak bikin pusing. Kelakuan anak-anak kelas 6A emang kekanakan, tapi ya mereka memang masih anak-anak, umurnya 12 tahun, lho (malah ada yang kurang dari itu kayaknya). Terus bagian horornya emang menakutkan buat orang yang dulu mengalami drama kelas waktu SD yang sama. Anak-anak dan hantu bukan kombinasi yang solid. Entah berakhir takut atau malah numbuhin nyali.
Misteri di sini dibangun pelan-pelan, tapi memang nggak yang wow apa gimana, sih. Cukup lah. Ada beberapa hole dan hal yang janggal.Misal yang paling kentara, gimana nggak ada yang tahu soal anak menghilang itu kalau emang kasusnya besar. Okelah, anggap aja karena kejadiannya pas sekolah udah sepi, jadi nggak banyak orang tahu. Apa ini berarti pihak-pihak yang terlibat nggak celometan dan ember sampai bisa ketutup sampai 2 tahun? Dan orang tua korban nggak protes sama sekali yang bisa narik perhatian wali murid lain atau menuntut sekolah gitu karena kasus anaknya kayak nggak diusut tuntas? Pertanyaan lain, sekolahnya segede apa? Karena ini sekolah dasar, bukan SMP atau SMA.
Alasan pelaku nggak begitu kuat, tapiii mengingat memang nggak perlu berekspektasi lebih atau ketinggian alias woles aja bacanya, alasannya cukup masuk akal, kok. Agak sedih sebenarnya di momen of truth. Semoga nggak ada lagi kejadian serupa dan bisa segera ditemukan solusi nyatanya.
Pindah sekolah tidak membuat Afgan lantas bahagia. Pilihannya duduk di kursi yang sudah lama kosong membuat seisi kelas 6A gempar karena mereka sering mendengar suara tangisan dari sana. Afgan yang awalnya tidak percaya dengan ketakutan teman-temannya lantas melihat sendiri sosok yang selama ini selalu menangis di jam 10 pagi dan membuat pembelajaran 6A terpaksa ditunda selama beberapa menit. Sosok yang awalnya menyeramkan, tetapi punya cerita masa lalu kelam yang belum tuntas.
Baca ini nggak boleh punya ekspektasi lebih. Aku saranin bacanya dengan niat kepengin cari bacaan misteri-horor yang nggak bikin pusing. Kelakuan anak-anak kelas 6A emang kekanakan, tapi ya mereka memang masih anak-anak, umurnya 12 tahun, lho (malah ada yang kurang dari itu kayaknya). Terus bagian horornya emang menakutkan buat orang yang dulu mengalami drama kelas waktu SD yang sama. Anak-anak dan hantu bukan kombinasi yang solid. Entah berakhir takut atau malah numbuhin nyali.
Misteri di sini dibangun pelan-pelan, tapi memang nggak yang wow apa gimana, sih. Cukup lah. Ada beberapa hole dan hal yang janggal.
Alasan pelaku nggak begitu kuat, tapiii mengingat memang nggak perlu berekspektasi lebih atau ketinggian alias woles aja bacanya, alasannya cukup masuk akal, kok. Agak sedih sebenarnya di momen of truth. Semoga nggak ada lagi kejadian serupa dan bisa segera ditemukan solusi nyatanya.
Graphic: Pedophilia, Violence, and Murder