Take a photo of a barcode or cover
A review by violetavoila
Pasung Jiwa by Okky Madasari
4.0
Sasana dan Jaka sama-sama terpasung dan terkurung. Baik jiwanya, tubuhnya, dan pikirannya.
Sasana digambarkan sebagai seorang berjiwa perempuan yang terkurung dalam tubuh lelaki. Sedangkan Jaka digambarkan sebagai seorang lelaki yang pandai bicara namun terlalu takut dalam mengambil keputusan dan tindakan, pengecut. Keduanya sama-sama terpasung dan terkurung.
Mereka berdua awalnya bertemu di warung Cak Man dan kemudian memutuskan untuk mengamen bersama dengan tujuan agar menjadi orkes dangdut terkenal. Sasana selalu mengikuti masukan dan nasehat dari Cak Jek/Jaka karna selama mengamen bersamanya, Sasana merasa bebas dan dapat menjadi dirinya sendiri. Namun perjalanan karir mereka tidak semudah yang direncanakan karena mereka harus berhadapan dengan kejamnya siksa hukuman dari para tentara yang tidak hanya menghancurkan fisik mereka saja, namun juga mental. Hukuman yg mereka terima, selamanya membekas dalam diri mereka dan memberikan rasa trauma yg besar.
I like the way the author wrote the two characters' points of view alternately. I came to know what they felt and the upheaval that was going on within them. I think their story is verrrryyyyy very tragic. I feel sad and so sorry for both of them.
Isu-isu sosial yang diangkat dalam novel ini terasa dekaaaatttt sekali dengan realita di luar sana. Seorang laki-laki yang harus jadi laki-laki, ga boleh berdandan layaknya perempuan walaupun ia sangat menyukainya. Buruh yang selalu diperas tenaganya tanpa dihargai jasanya dan bahkan haknya tidak diberikan dengan adil. Ketidakadilan dalam lingkungan pekerjaan. Orang-orang kaya yang merasa selalu bisa berbuat seenaknya, selalu merendahkan dan menindas orang miskin. Suara-suara rakyat miskin yang kesusahan dengan gampangnya dibungkam. Perempuan-perempuan yang nggak punya hak atas tubuhnya sendiri. Pokoknya banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dibahas di buku ini yang mungkin kita sendiri nggak sadar kalau kejadian seperti itu ada di lingkungan sekitar kita. Atau mungkin kita sadar tapi kita memilih untuk diam aja menyaksikan penderitaan mereka karena kita terlalu takut untuk ikut terseret masalah
Sasana digambarkan sebagai seorang berjiwa perempuan yang terkurung dalam tubuh lelaki. Sedangkan Jaka digambarkan sebagai seorang lelaki yang pandai bicara namun terlalu takut dalam mengambil keputusan dan tindakan, pengecut. Keduanya sama-sama terpasung dan terkurung.
Mereka berdua awalnya bertemu di warung Cak Man dan kemudian memutuskan untuk mengamen bersama dengan tujuan agar menjadi orkes dangdut terkenal. Sasana selalu mengikuti masukan dan nasehat dari Cak Jek/Jaka karna selama mengamen bersamanya, Sasana merasa bebas dan dapat menjadi dirinya sendiri. Namun perjalanan karir mereka tidak semudah yang direncanakan karena mereka harus berhadapan dengan kejamnya siksa hukuman dari para tentara yang tidak hanya menghancurkan fisik mereka saja, namun juga mental. Hukuman yg mereka terima, selamanya membekas dalam diri mereka dan memberikan rasa trauma yg besar.
I like the way the author wrote the two characters' points of view alternately. I came to know what they felt and the upheaval that was going on within them. I think their story is verrrryyyyy very tragic. I feel sad and so sorry for both of them.
Isu-isu sosial yang diangkat dalam novel ini terasa dekaaaatttt sekali dengan realita di luar sana. Seorang laki-laki yang harus jadi laki-laki, ga boleh berdandan layaknya perempuan walaupun ia sangat menyukainya. Buruh yang selalu diperas tenaganya tanpa dihargai jasanya dan bahkan haknya tidak diberikan dengan adil. Ketidakadilan dalam lingkungan pekerjaan. Orang-orang kaya yang merasa selalu bisa berbuat seenaknya, selalu merendahkan dan menindas orang miskin. Suara-suara rakyat miskin yang kesusahan dengan gampangnya dibungkam. Perempuan-perempuan yang nggak punya hak atas tubuhnya sendiri. Pokoknya banyak permasalahan-permasalahan yang terjadi dan dibahas di buku ini yang mungkin kita sendiri nggak sadar kalau kejadian seperti itu ada di lingkungan sekitar kita. Atau mungkin kita sadar tapi kita memilih untuk diam aja menyaksikan penderitaan mereka karena kita terlalu takut untuk ikut terseret masalah