Scan barcode
A review by blackferrum
Autopilot Marriage by RevelRebel
emotional
lighthearted
reflective
medium-paced
3.75
Actual rating: 3,8
Lanjut buku kedua tambah seru! Entah karena faktor ganti editor apa gimana, ya, tulisannya jadi lebih rapi dan luwes. Emosi Alan & Nana keluarnya lebih totalitas. Apalagi isu keluarga yang dibawa itu aduh, sedih kalau diceritain :(
Buku pertama bahas perasaan Nana mengenai cinta dan Alan soal kepercayaan, buku kedua lebih seperti penjajakan. Yah, hubungan mereka berkembang, terus habis itu apa? Dan Alan jadi lebih perhatian. Green flag coded banget gitu, huhu. Paham sih, dia juga punya trauma, tapi caranya meyakinkan Nana di samping meyakinkan diri sendiri itu yang bikin jatuh cinta.
Bukan berarti Nana jadi worst character, ya, manusiawilah. Kayaknya akhir-akhir ini jarang baca buku yang menjadikan konflik internal dalam diri sendiri sebagai antagonis. Well, soal para tante kurang kerjaan nggak perlu dibahas lah, ya. Trauma Nana memang besar dan selama bertahun-tahun dia memilih menghindar. Atau yah, dia nunggu lawannya lebih peka, yang berakhir sia-sia aja. Wanita kelewat mandiri, berasa nggak butuh siapa pun, padahal di dalam hancur.
Alan ini jadi semacam katarsis buat Nana. Astaga, I do love him! Dia bisa aja egois dan ninggalin Nana di tengah jalan karena memang susah banget bertahan di sisi seorang Karenina, tapi dia bisa tahan dan apa ya, idk apa ini istilah yang pas, Alan bisa "ngalah" supaya Nana nyaman dan mau maju, walaupun langkah Nana superpelan.
Trauma masa lalu Alan nggak bisa dibilang enteng, tapi memang dia punya privilese berupa dukungan keluarga. Maksudku, dia nggak ada family issues. Keluarganya juga baik-baik aja. Memang masalah dengan sepupunya pelik banget, sih, wajar hubungan mereka jadi canggung. Nana sebaliknya, dia punya privilese dua sahabat yang suportif banget. Eh, jadi seimbanglah ya, Nana punya Dito & Andari, Alan punya keluarganya.
Satu lagi, mau berterima kasih sama penulis karena bikin Nadia jadi antagonis yang punya alasan kuat dan nggak gampang kena tuding, padahal bisa aja dia jadi sosok jahat terus yah menjelma villain yang gangguin kehidupan Alan.
Lanjut buku kedua tambah seru! Entah karena faktor ganti editor apa gimana, ya, tulisannya jadi lebih rapi dan luwes. Emosi Alan & Nana keluarnya lebih totalitas. Apalagi isu keluarga yang dibawa itu aduh, sedih kalau diceritain :(
Buku pertama bahas perasaan Nana mengenai cinta dan Alan soal kepercayaan, buku kedua lebih seperti penjajakan. Yah, hubungan mereka berkembang, terus habis itu apa? Dan Alan jadi lebih perhatian. Green flag coded banget gitu, huhu. Paham sih, dia juga punya trauma, tapi caranya meyakinkan Nana di samping meyakinkan diri sendiri itu yang bikin jatuh cinta.
Bukan berarti Nana jadi worst character, ya, manusiawilah. Kayaknya akhir-akhir ini jarang baca buku yang menjadikan konflik internal dalam diri sendiri sebagai antagonis. Well, soal para tante kurang kerjaan nggak perlu dibahas lah, ya. Trauma Nana memang besar dan selama bertahun-tahun dia memilih menghindar. Atau yah, dia nunggu lawannya lebih peka, yang berakhir sia-sia aja. Wanita kelewat mandiri, berasa nggak butuh siapa pun, padahal di dalam hancur.
Alan ini jadi semacam katarsis buat Nana. Astaga, I do love him! Dia bisa aja egois dan ninggalin Nana di tengah jalan karena memang susah banget bertahan di sisi seorang Karenina, tapi dia bisa tahan dan apa ya, idk apa ini istilah yang pas, Alan bisa "ngalah" supaya Nana nyaman dan mau maju, walaupun langkah Nana superpelan.
Trauma masa lalu Alan nggak bisa dibilang enteng, tapi memang dia punya privilese berupa dukungan keluarga. Maksudku, dia nggak ada family issues. Keluarganya juga baik-baik aja. Memang masalah dengan sepupunya pelik banget, sih, wajar hubungan mereka jadi canggung. Nana sebaliknya, dia punya privilese dua sahabat yang suportif banget. Eh, jadi seimbanglah ya, Nana punya Dito & Andari, Alan punya keluarganya.
Satu lagi, mau berterima kasih sama penulis karena bikin Nadia jadi antagonis yang punya alasan kuat dan nggak gampang kena tuding, padahal bisa aja dia jadi sosok jahat terus yah menjelma villain yang gangguin kehidupan Alan.