A review by blackferrum
Pit A Pat by Mooseboo, Mooseboo

lighthearted medium-paced
  • Plot- or character-driven? Character
  • Strong character development? No
  • Loveable characters? No
  • Diverse cast of characters? It's complicated

2.0

Pertemuan keduaku dengan buku penulis sayangnya harus berakhir dengan kekecewaan. Aku akui, gaya penulisannya luwes dan enak buat dibaca, tapi karakterisasinya nggak berkembang sejak terakhir kali baca Beta Testing.

Pit A Pat tentang apa, sih? Awalnya bahas Maya, si FL, yang udah 2 tahun menganggur. Dia ketemu sama teman lamanya lalu ditawari pekerjaan di WO. Takka, WO tempat Maya kerja, percaya kalau Maya punya potensi jadi begitu datang dan cek CV-nya langsung diterima. Oke, terus? Terus konflik mulai datang dari Takka. Maya udah lama nggak ketemu dan anggapannya soal Takka yang selalu sembunyi di ketek ibunya salah kaprah. Well, people changed, right?

Terus yang bikin kecewa apa?

Pertama, pertentangan dan "kekurangan" karakter Maya di sini sama sekali nggak digali. Oke, dia di awal kerja struggle dan nggak begitu paham sama pola kerja perusahaannya, tapi habis itu ya udah, kelar. Ini amat disayangkan, padahal potensial banget buat berkembang. Tapi, memang nanti jadinya malah chicklit, sih.

Kedua, alurnya mulai belok ke mana-mana menjelang pertengahan cerita. Ini aku rasain pas mulai masuk konflik pertama. Banyak bahasan di sini yang nggak tahu fungsinya buat apa, tapi mungkin buat hore-horean aja karena ya emang nggak terlalu berfungsi banget ke alur utama. Soal anaknya Alana panggil Takka "Papi" dan dilarang sama mamanya karena bisa ngaruh ke "pasaran" Takka. Kupikir nantinya bakal ngaruh banget sama perasaan Maya yang di awal memang sempat kaget, tapi habis itu udah. Kenapa Alana nggak dibikin terikat banget sama Takka secara perasaan, ya? Kayak ... nanggung. Terus fungsi itu tadi apa?

Masih alur belok. Ada juga beberapa "trivia" nggak penting dari karakter lain yang bikin galfok. Okelah kalau mau bikin sub-konflik banyak, tapi ini cerita Maya dan Takka, kan? Kalau sub-konfliknya sampai menceritakan soal karakter pembantu (dengan agak detail), better dibelokin ke cerita Kannaya secara umum nggak, sih? 

Ketiga, ini salah satu dari dua hal krusial bagiku; head-hopping. Awalnya masih normal cuma Maya sama Takka, lama-lama jadi banyak. Apalagi pas Maya di Kannaya, bah, ada berapa kepala tuh diseselin semua di helaan alur. Udah nggak keitung aku bodo amat sama "nya" ini merujuk ke siapa atau aku harus baca "kepala" siapa. Capek banget, weh. Tolong, next story dibenerin, dong, ininya. Ganggu banget :( better pakai sudut pandang orang pertama aja sekalian biar terbatas dan fokus cuma bahas  dari sisi Maya & Takka aja.

Ini bagian yang bakal mengandung spoiler dan cukup bikin bertanya-tanya.
Btw, sejak kapan Maya kalau lihat Restu matanya berbunga-bunga? Eh, aku nggak ngarang, bagian "berbunga-bunga" emang istilahku sendiri, tapi Takka bilang di akhir kalo tatapan Maya pas lihat Restu tuh, nggak bisa bohong. Lah? Bukannya Maya suka sama Takka? Again, sikap Maya ini plin-plan banget. Dia di Kannaya kayak ikut emosional sama kondisi dan konfliknya Takka, tapi pas udah putus hubungan sama Kannaya dan Takka itu mendadak pas dekat Restu jadi "centil" (?) sampe takut aku, ini orang yang sama gak, sih? *cry*


Terakhir, soal karakterisasi. Jujur, nggak ada development berarti. Plus, dari awal Maya ini nggak konsisten. Entah karena dialognya yang kurang kuat atau ya karakterisasinya aja yang nggak diketatin. Berasa lihat dua orang dalam satu tubuh. Aku bahkan ragu ketemu orang beneran di dunia nyata yang kayak Maya begini. Takka juga sama aja. Habis ngebaperin disepeh perkara kepengin "melindungi". Yah, kalau emosi karakternya dikelola dengan baik mungkin aku bakalan sedikit berempati sama dia.

Ps: Agak menyayangkan bagian awal diolor lama banget, terus menjelang ending langsung jadi Flash.