A review by rise
The Lake by Banana Yoshimoto

4.0

Sembilan hari telah berlalu sejak saya selesai membaca The Lake, buku pertama Banana Yoshimoto yang saya baca, tapi saya masih saja mengalami book hangover karenanya.

Saat membeli buku ini saya asal membeli saja. Saya tidak membaca sinopsisnya ataupun mencari reviewnya di Goodreads. Yang saya tau adalah ini merupakan buku terbaru yang ditulis oleh Banana Yoshimoto. Karena saya sedang ingin membaca novel Jepang kontemporer, akhirnya saya membeli buku ini.

Tokoh utama (sekaligus PoV) The Lake adalah Chihiro, perempuan tiga puluhan yang tinggal sendirian di sebuah apartemen. Di awal buku, Chihiro menceritakan tentang latar belakangnya sebagai anak di luar nikah antara seorang direktur sebuah perusahaan keluarga dan seorang Mama-san (sebutan untuk pemilik bar). Chihiro menceritakan pengalamannya menjadi anak di luar nikah yang seringkali digunjingkan oleh lingkungan sekitarnya dan bagaimana ia membenci kota tempat ia dibesarkan. Hal tersebutlah yang kemudian membuat Chihiro pergi ke Tokyo untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen.

Chihiro menghabiskan banyak hari-harinya sendirian saja. Ia suka memandang lingkungan sekitarnya melalui jendela apartemennya. Dari situ, kemudian ia melihat seorang pria yang juga sering memandang melalui jendela apartemennya. Jarak dari apartemen Chihiro dan pria itu tidak terlalu dekat dan tidak memungkinkan mereka untuk saling bertukar sapa, tapi mereka tetap saling mengangguk dan tersenyum satu sama lain. Belakangan, akhirnya mereka bertemu di jalan dan memutuskan untuk mengobrol di sebuah kafe. Pria itu bernama Nakajima. Setelah pertemuan tersebut, Chihiro dan Nakajima pun menjadi dekat dan saling mengisi hari-hari mereka yang sebelumnya hening.

Sekilas ceritanya sederhana; wanita dan pria yang sama-sama kesepian akhirnya bertemu dan merasa bisa saling mengisi kekosongan mereka. Yang membuat berbeda adalah Banana Yoshimoto menceritakannya dengan manis tapi tetap realistis. Sebagai seorang wanita yang juga tinggal sendirian dan lebih sering menghabiskan banyak waktu sendiri (curhaaaaat), saya mampu memahami perasaan Chihiro yang pada akhirnya menemukan Nakajima yang mampu memahami rasa sepinya. Saya mampu merasakan hangatnya perasaan Chihiro ketika akhirnya bisa bersama Nakajima dan saya mampu merasakan betapa pentingnya Chihiro untuk Nakajima. Manis. Tapi sama halnya dengan cerita-cerita cinta di novel Murakami, Yoshimoto tidak membuatnya terlalu manis sampai bikin diabetes. Manisnya pas. Ibaratnya ini adalah kopi hitam yang diberi satu blok gula batu, bittersweet.

Well, anyway soal rating, saya memberi empat bintang saja. Kenapa? Karena saya merasa endingnya agak terburu-buru. Saya yang membaca buku ini semacam sedang jalan-jalan santai di perkebunan stroberi tiba-tiba terasa seperti harus mengejar-ngejar bus untuk pulang di 40 halaman terakhir. Tapi, overall, buku ini layak dimilik dan dibaca berulang-ulang.