Take a photo of a barcode or cover
A review by papermiwnt
Lagom: The Swedish Secret of Living Well by Lọlá Ákínmádé Åkerström
hopeful
informative
inspiring
reflective
relaxing
medium-paced
5.0
Tidak heran lagi jika Swedia masuk kedalam daftar 6 negara paling bahagia di dunia. Mungkin salah satu hal yang melatar belakangi kondisi ini ialah cara bagaimana masyarakat Swedia menerapkan lagom dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Jadi Lagom sendiri ⎯ dibaca Laaaw-Gem, membahas keseimbangan individual, kesederhanaan, kemandirian dalan lingkup sosial, menciptakan keselarasan, seni bersabar dan menghargai waktu yang jujur sih membaca buku ini berhasil memukauku dimana hal-hal positif bisa kita terapkan dalam sehari-hari.
Hal yang paling menarik ialah bagaimana rakyat swedia memiliki budaya untuk mengambil secukupnya, berkata sesuai yang dibutuhkan/ditanyakan, dan tidak mengusik urusan orang lain yang mengarah ke buang-buang waktu.
Selama membaca buku ini, aku terus terpikir bagaimana Swedia merupakan negara yang sangat cocok bagi introvert (sepertiku wkwkw) selain karena budaya untuk tidak saling mengusik orang lain, Swedia juga memiliki penduduk yang tidak begitu banyak. Sehingga, pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan seimbang (selama baca ini bener bener bikin ngiler banget sih tinggal di Swedia dan jadi warga negaranya)
Menelisik gaya hidup 'Lagom' kembali menurutku ada beberapa aspek yang akan sangat cocok jika diterapkan di indonesia namun akan ada beberapa aspek juga yang tak cocok, mengingat kondisi negara dan jumlah penduduk juga adat istiadat indonesia yang tentunya sangat berbeda dengan swedia sendiri. Namun, membaca buku ini cukup membuka lebar mataku untuk melihat perpspektif baru dalam menjalani gaya hidup yang seimbang dan "pas" (yang mungkin agaknya sama namun juga berbeda dengan prinsip² kehidupan lain semacam ikigai, hygge, wabi sabi, dan lain lain)
"Mungkinkah rasa iri yang kita rasakan terhadap orang lain bersumber dari fakta bahwa kita sibuk melihat mereka lebih dekat dengan kondisi lagom ideal mereka, padahal seharusnya kita sibuk berfokus pada upaya menemukan keseimbangan kita sendiri?"
Jadi Lagom sendiri ⎯ dibaca Laaaw-Gem, membahas keseimbangan individual, kesederhanaan, kemandirian dalan lingkup sosial, menciptakan keselarasan, seni bersabar dan menghargai waktu yang jujur sih membaca buku ini berhasil memukauku dimana hal-hal positif bisa kita terapkan dalam sehari-hari.
Hal yang paling menarik ialah bagaimana rakyat swedia memiliki budaya untuk mengambil secukupnya, berkata sesuai yang dibutuhkan/ditanyakan, dan tidak mengusik urusan orang lain yang mengarah ke buang-buang waktu.
Selama membaca buku ini, aku terus terpikir bagaimana Swedia merupakan negara yang sangat cocok bagi introvert (sepertiku wkwkw) selain karena budaya untuk tidak saling mengusik orang lain, Swedia juga memiliki penduduk yang tidak begitu banyak. Sehingga, pemerintahan dapat berjalan dengan baik dan seimbang (selama baca ini bener bener bikin ngiler banget sih tinggal di Swedia dan jadi warga negaranya)
Menelisik gaya hidup 'Lagom' kembali menurutku ada beberapa aspek yang akan sangat cocok jika diterapkan di indonesia namun akan ada beberapa aspek juga yang tak cocok, mengingat kondisi negara dan jumlah penduduk juga adat istiadat indonesia yang tentunya sangat berbeda dengan swedia sendiri. Namun, membaca buku ini cukup membuka lebar mataku untuk melihat perpspektif baru dalam menjalani gaya hidup yang seimbang dan "pas" (yang mungkin agaknya sama namun juga berbeda dengan prinsip² kehidupan lain semacam ikigai, hygge, wabi sabi, dan lain lain)
"Mungkinkah rasa iri yang kita rasakan terhadap orang lain bersumber dari fakta bahwa kita sibuk melihat mereka lebih dekat dengan kondisi lagom ideal mereka, padahal seharusnya kita sibuk berfokus pada upaya menemukan keseimbangan kita sendiri?"